Dasar-dasar Pariwisata: Ruang Lingkup dan Tujuan Pembelajaran Landasan pariwisata diperkenalkan melalui empat tema: sejarah perjalanan manusia, sejarah pariwisata global dan Indonesia, pariwisata sebagai ilmu, dan terminologi inti dengan definisi. Tujuan pembelajaran adalah untuk memahami evolusi perjalanan, melacak perkembangan pariwisata di seluruh dunia dan di Indonesia, mengenali kedudukan ilmiah pariwisata, dan menguasai istilah-istilah penting. Bersama-sama, tujuan-tujuan ini membingkai pariwisata dari gerakan manusia purba ke bidang yang modern dan terdefinisi.
Perjalanan Kuno: Motif Sederhana, Cara Sederhana Di zaman kuno, perjalanan berpusat pada perdagangan dan ziarah, dilakukan dengan berjalan kaki, dengan kuda atau unta, dan dengan perahu kecil. Perjalanan diatur sendiri tanpa agen, dan para pelancong sering membawa tenda untuk beristirahat. Rute penting termasuk orang Arab pergi ke China untuk membeli barang berharga, orang Yunani mencari Bulu Domba Emas di Colchis, dan Muslim yang menunaikan ibadah Haji ke Mekah-Peziarah Indonesia pernah menghabiskan waktu hingga dua tahun dalam perjalanan dengan kapal kecil.
Abad Pertengahan: Tujuan yang Lebih Luas dan Infrastruktur Perjalanan Awal Motif berkembang menuju misi negara dan mengejar pengetahuan. Transportasi maju ke kereta kuda dan kapal layar, memperluas jangkauan melintasi wilayah dan lautan. Peraturan dan akomodasi komersial muncul, tercermin pada siswa yang bepergian ke Al-Azhar dari banyak negara dan tur Ratu Elizabeth ke Eropa untuk mempelajari budaya dan tata kelola.
Era Modern: Eksplorasi Didorong oleh Mesin dan Aturan Motif perjalanan bergeser ke eksplorasi, didukung oleh transportasi mekanis seperti kendaraan bermotor dan transportasi udara. Peraturan menjadi lebih formal dan harus dipatuhi. Perjalanan penting termasuk Marco Polo dari Eropa ke Cina dan kembali ke Venesia, Christopher Columbus dari Eropa ke Amerika melintasi Atlantik, Vasco da Gama dari Portugal ke India melalui Samudra Hindia, dan James Cook ke Selandia Baru dan Australia timur.
Revolusi Industri: Lahirnya Pariwisata Global Dari tahun 1761 hingga 1850, Revolusi Industri memicu bisnis pariwisata di kota-kota industri dan mempercepat teknologi transportasi. Agen perjalanan pertama muncul-Thomas Cook & Son Ltd (1840, Inggris Raya) dan American Express Company (1841, Amerika Serikat). Hotel komersial menyebar, literatur pariwisata muncul (misalnya, Hotels to Friends oleh Maitre, 1900, dan Beach Hotels oleh Automobile Association, 1901), dan kawasan wisata berkembang di Mesir, Yunani, dan Amerika.
Indonesia: Awal Kolonial, Keruntuhan Masa Perang, Pembangunan Kembali Pasca Kemerdekaan Sejarah pariwisata Indonesia mencakup tiga periode: pemerintahan Belanda (1910-1926), pendudukan Jepang (1942-1945), dan setelah kemerdekaan (sejak 1945). Di bawah Belanda, PT PP / Vereeniging Toeristen Verkeer menyelenggarakan perjalanan ke Berastagi, Danau Toba, Bogor, dan Lembang; hotel-hotel seperti Hotel des Indes, De Nederlander, dan Batavia Hotel dibuka; dan" Receling " didirikan untuk mengatur pariwisata. Selama pendudukan Jepang, atraksi memburuk dan banyak hotel diambil alih untuk penggunaan pribadi. Setelah kemerdekaan, pariwisata dihidupkan kembali dengan hotel-hotel negara dan Kantor Pariwisata di bawah Kementerian Perhubungan (dari tahun 1947), Serikat Gabungan Hotel dan Pariwisata Indonesia tahun 1953, adopsi istilah "pariwisata" pada tahun 1958, menjadi tuan rumah Konferensi PATA pada tahun 1963, dan Kementerian Pariwisata yang berdedikasi pada tahun 1965 di bawah Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Pariwisata sebagai Ilmu dan Kosa Kata Inti Sejak tahun 1980-an, pariwisata telah maju sebagai ilmu tersendiri, diakui secara resmi oleh Kementerian Pendidikan pada tahun 2006 dan diperkuat pada tahun 2008 ketika Dikti mengesahkan program pariwisata S1 di STP Bali dan STP Bandung. Fondasinya memenuhi tiga kriteria: ontologi (pergerakan turis, penyediaan fasilitas komunitas tuan rumah, dan implikasinya), epistemologi (kebenaran yang diuji oleh penelitian lapangan eksplorasi dan pembangunan teori), dan aksiologi (manfaat bagi ekonomi, pemahaman budaya, dan penggunaan sumber daya).). Sebagai bidang interdisipliner yang terkait dengan sosiologi, ekonomi, antropologi, dan lain-lain, ia bergantung pada istilah-istilah yang tepat: pariwisata( dari bahasa Sansekerta-pari, banyak / sekitar; wisata, go / travel), wisata (travel), wisata (travelers), dan kepariwisataan (tourism). Definisi menyatu pada perjalanan sementara jauh dari tempat tinggal seseorang tanpa menetap atau memperoleh penghasilan, digaungkan oleh para ulama (1942, 1997, 2009) dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 yang menggambarkan pariwisata sebagai kegiatan yang didukung oleh masyarakat, bisnis, pemerintah, dan pemerintah daerah.layanan. Pengertian terkait meliputi wisata kesenangan, rekreasi, piknik, tamasya, study tour, outing, outbound, field trip, dan gathering, masing-masing dengan arti yang berbeda.