Your AI powered learning assistant

Pusat Studi Pancasila

Interaksi Siswa yang Santai Diskusi dimulai dengan pertukaran santai di antara mahasiswa tentang kegiatan dan masalah teknis mereka. Mereka mengungkapkan kegembiraan untuk acara mendatang yang terkait dengan teknik, menyoroti persahabatan dalam kelompok mereka.

Setting Context: Kearifan Lokal dan Pancasila Pengantar formal menjadi panggung untuk kuliah tamu tentang kearifan lokal yang berkaitan dengan nilai-nilai Pancasila. Pembicara menekankan bahwa memahami nilai-nilai tersebut sangat penting dalam menumbuhkan persatuan di tengah keragaman budaya Indonesia.

Menerapkan Prinsip Pancasila Setiap Hari Pentingnya penerapan prinsip-prinsip Pancasila dalam kehidupan sehari-hari ditekankan, dengan memperhatikan bahwa prinsip-prinsip tersebut harus menjadi pedoman tindakan baik secara akademis maupun sosial. Ini termasuk mengakui keragaman budaya Indonesia yang kaya sekaligus mempromosikan persatuan bangsa.

Wawasan Penelitian: Menghubungkan Ideologi dan Pendidikan Dr. Hangka memperkenalkan temuan penelitiannya yang mengaitkan kearifan lokal dengan ideologi dasar kenegaraan Indonesia yang diartikulasikan oleh Soekarno pada masa kemerdekaannya, menekankan pada pembentukan karakter melalui pendidikan berdasarkan cita-cita tersebut.

Pembentukan jati diri 'Pancasilais' melalui Tradisi. Pembentukan identitas 'Pancasilais' melibatkan pengintegrasian nilai-nilai tradisional ke dalam kerangka pendidikan modern untuk memperkuat ikatan kemasyarakatan di tengah tantangan kontemporer yang dihadapi kaum muda saat ini terkait dilema moral

. Dr. Hangka membahas bagaimana perspektif sejarah membentuk pemahaman kita tentang nasionalisme yang berakar pada pengalaman bersama daripada kepentingan individu atau perpecahan sektarian; ini menumbuhkan inklusivitas di berbagai latar belakang dalam masyarakat luas.

Memahami Sestrodi: Kerangka Filosofis Sestrodi adalah ajaran filosofis yang menekankan perasaan tinggi sebagai sarana nyata untuk kontemplasi, yang mengarah pada pemahaman tentang makna hidup. Ini diprakarsai oleh Pakualaman pada tahun 1847 dan bertujuan untuk membimbing generasi mendatang dalam pengaturan diri untuk kesejahteraan baik di kehidupan ini maupun di akhirat. Falsafah ini sejalan dengan prinsip-prinsip Pancasila, mengedepankan perilaku moral yang berlandaskan keyakinan spiritual.

Signifikansi Historis Sestrodi Inti sestrodi terletak pada signifikansi historisnya sebagai warisan yang dirancang oleh Pakualaman untuk membantu individu mengelola perilakunya secara efektif. Ajaran tersebut mendorong introspeksi melalui refleksi metaforis-seperti melihat ke cermin - untuk mendorong pertumbuhan pribadi dan kesadaran tentang tindakan seseorang yang selaras dengan nilai-nilai yang lebih tinggi.

Budidaya Emosional Melalui Pengalaman Sastrodi mengajarkan 'olah rasa' atau pembinaan emosi dengan menggunakan pengalaman nyata dari kehidupan sehari-hari seperti menyimak, membaca, melihat, dan mengalami peristiwa secara mendalam. Proses ini membawa seseorang menuju pencerahan tentang keberadaan itu sendiri sambil menekankan pemikiran kritis yang mirip dengan penyelidikan filosofis.

'Ajar Sastrodi': Akar Kebajikan 'Ajaran sastrodi', disamakan dengan akar (keyakinan), batang (usaha), cabang (kebijaksanaan) mewakili kebajikan dasar yang diperlukan untuk hidup harmonis menurut tatanan ilahi. Setiap bagian melambangkan kualitas penting seperti rasa syukur, kesabaran, keberanian yang merupakan sifat penting yang harus diwujudkan setiap individu sepanjang hidup mereka.